Kembang berhasil dengan keabadiannya dalam
semerbak, walau tanpa warna yang menghiasi kelopak.
Tapi kumbang tak dapat tersenyum kala kupu-kupu
memiliki kecantikan yang tiada abadi.
Bukankah cinta yang suci itu telah disiapkan oleh
Tuhan kita sayang?
bukan hanya sebuah janji, tapi imajinasi yang
terealisasi.
Mampu kah engkau untuk bertahan, masihkah kau mencinta
disaat kafan ku pakai sebagai gaun di ruang sempit, tapi mengapa deburan ombak
bergosip dengan isu hambar yang terpaksa harus ku ludahi.
Katanya kamu hanya untuk hidupku, jika ku tak lagi hidup, apakah kamu masih untuk ku?
Bila saatnya Tuhan telah mengutus malaikatnya, surat
untuk kekasihpun tiada guna, kekejaman cinta mulai bercerita.
Kini aku tak lagi memiliki sayap, setelah kau patahkan
dengan janji untuk menukarnya dengan cinta hakiki, tapi ingkar janji kau
miliki, licik bermandikan durjana!
Kau ambil sayap ku, untuk kau berikan kepada wanita
yang tidak lebih baik dariku.
Wanita jalang berusaha memainkan bola mata di balik
bayang semu,
Mengincar nafsu mu berubah menjadi ketidakadilan bagi
ku,
Ternyata dunia tak memihak kepada ku, aku terusir oleh
gemerlap dunia keindahan,
Aku kalah oleh kebusukan si bunga bangkai, patut ku bangunkan kedua ibu jari untuk mengakui kehebatanmu.
Aku pamit wahai kumbang, bukan ku tak geram akan
kekejamanmu, tapi aku yakin rahasia Tuhan ku tak kan merugikanku.
Simpan saja sayap yang kau patahkan dengan ambisi
kotor mu, aku masih bisa mencari kehidupan walau tanpa sayap dan mencari
kumbang sejatiku.
1 comment:
Pelajaran yg indah yg patut di pahami secara mendalam.
Sayap yg patah mungkin tak kan bisa menyatu kembali namun fosil" yg teraisa akan tetap menjadi kenangan yg tak kan pernah terlupakan.
Affwan...!!!
Posting Komentar