Pandang
semua langit, dengan jarak pandang yang terbatas, aku berada diujung kesulitan,
bukan karena ku tak pantas untuk mendapatkan kebahagiaan, tapi ku ingin
berlabuh pada kesetiaan. Aku yakin
Khalik tak kan sekejam yang mereka pikirkan. Karena kebahagiaan telah
disediakan untuk orang yang sabar.
Ingatkah
kamu, ketika ku berkata kenyamanan, ketika ku berkata ketulusan dan ketika ku
berkata benci perselingkuhan, aku berharap kau yang mewujudkan semua harapan. Berharap
kau yang membuatku nyaman, berharap kau yang memberikan ketulusan dan berharap
kau yang menjaga kesetiaan.
Lihat
seluruh gelagat tubuh ini, satu persatu, bukankah aku melemparkan harapan yang
pasti, jangan pandang aku dari raut wajah yang bisa relatif, dan mungkin dapat
berubah dengan magic waktu Tuhan ku,. aku tuntun kamu untuk menjamah hati ini
dan singgah di ruang sempit untuk sekedar bercerita tentang cinta.
Lupakan
saja ketika ku pernah mencintai seseorang dengan bodohku, dan aku melupakan bahwa
kau pernah memeberi cinta dengan kebodohan. Aku bawakan secarik kertas, untuk
membungkus masalalu kita yang kelam. Dan ku tawarkan tissu untuk cinta kita
yang baru.
Wahai
sipemilik bola mata coklat, masih kah kau ragu akan hadirku? Atau kau risih
akan pinta ku? Mungkin juga terbebani akan pribadi ku? Jika memang benar duga
ku, aku tak akan menyayat cinta mu dengan paksaan ku, biarlah aku yang mencari
jalan ku, untuk merubah semua yang tak kau senangi menjadi hal terindah bagi
mu.
Namun
ku butuh waktu wahai pemilik bola mata coklat, tapi jangan vonis aku sebagai
orang yang gagal jika ku tak mampu, atau mencampakan separuh hati ku yang ku
titipkan padamu, karena aku tak sanggup dengan semua itu.
Bola
mata coklat ku, jika ku tak mampu
menjadi apa yang kau mau, aku tak kan berlari karena ku malu, jika kau mengusirku, apalah daya seorang aku, tapi
ku izin mengambil hati ku yang pernah ku titipkan padamu, sekedar ingin tau
cerita hatiku yang pernah hidup bersama hatimu.